Sang Pembunuh Tuhan
Pemeran:
Pemuda 1, Pemuda 2, Pengganggu 1, Pengganggu 2, Tuhan Uang, Tuhan Kekuasaan, Tuhan Wanita, Pembunuh, Kyai.
Seorang pemuda sedang bingung. Dia bicara sekenanya, karena memang dia sedang dirundung oleh kesedihan hati yang teramat dalam. Berkatalah dia:
Pemuda 1 : Apa yang patut dibanggakan dari negeri yang kaya raya ini. Hutang Negara semakin bertumpuk. Kemiskinan merajalela. Nasib orang kecil seperti curut. Tahukan, curut! Kecoa! Semua orang benci kecoa. Apalagi kalo singgah di makanan. Ya, curut. Negeri kita negeri curut-murut. Orang kecil seperti aku dianggap curut. Negara tak mau memberi jaminan. Ahhhh! Selamat datang di negeri curut. Negeri kecoa!
Pemuda 2 : Ha, ha, ha! Bung, seharusnya kau sadar, dimana sekarang Bung hidup dan berdiri.
Pemuda 1 : Maksudmu?
Pemuda 2 : Setidaknya, yang sekarang Bung injak itu adalah Negeri Kecoa seperti yang Bung maksud.
Pemuda 1 : Diancuk!
Pemuda 2 : Apanya yang diancuk?
Pemuda 1 : Ya kamu, yang diancuk! Asem! Asu!
Pengganggu 1 : Ya bos, dia memang Asu!
Pemuda 1 : Diam kamu! Anak kecil masih bau kencur ikut-ikutan urusan orang dewasa.
Pengganggu 2 : (kepada pengganggu 1) Ya sudahlah, ngapain juga ngomong ama orang gila seperti dia.
Pengganggu 1 : Tapi dia sudah menghina aku!
Pengganggu 2 : Anjing menggonggong tak usah dihiraukan. Ntar dikejar mampus lo!
Pemuda 1 : Apa? Kamu bilang saya anjing?
Pengganggu 2 : Hah? Saya ngomong dengan teman saya Bung! Lha kok Bung yang ngerasa?
Pemuda 1 : Dasar anjing kamu semua. Kecoa.
Pemuda 2 dan kedua Pengganggu itu pergi meninggalkannya sendiri.
Pemuda 1 : Tuhan, mengapa nasibku seperti ini? Tak apalah kau membiarkan aku hidup di Negeri Kecoa ini. Tapi jangan begini caranya. Aku juga ingin dikasihani-Mu tuhan!
Dalam bayangannya, seorang perempuan datang dan menyapa:
Tuhan Wanita : Hei, apa yang kau permohonkan untuk dirimu?
Pemuda 1 : Siapa kamu?
Tuhan Wanita : Tak perlu tahu siapa aku. Yang jelas aku bisa mewujudkan semua impianmu. Tunduklah kepadaku. Dengan menyembah kepadaku, semua penguasa di Negeri ini akan tunduk kepadamu karena melihat kecantikanku.
Pemuda 1 : Maksudmu?
Tuhan Wanita : Aku akan membuatmu lepas dari kesengsaraan. Akulah tuhan yang patut kau sembah.
Pemuda 1 : Tapi aku punya tuhan. Allah. Mengapa aku harus menyembahmu? Apakah kau tuhan?
Tuhan Wanita : Ya!
Pemuda 1 : Tapi, ketika ngaji, guruku selalu berkata: tak ada tuhan perempuan.
Tuhan Wanita : Kamu dibodohi oleh gurumu. Pantas nasibmu sampai sekarang seperti ini. Padahal guru ngajimu selalu tunduk kepadaku. Dia berkata demikian agar dapat leluasa mendapatkanku.
Pemuda 1 : Ah, aku akan selalu tunduk kepadamu. Ya, aku akan mematuhi segala yang kau mau.
Datang lagi dalam bayangannya:
Tuhan Kekuasaan : Hai pemuda, jangan pernah percaya dengan mulut busuknya.
Pemuda 1 : Siapa lagi kau?
Tuhan Kekuasaan : Aku datang untuk menyelamatkanmu dari kesengsaraan. Selama ini kau menjadi orang kecil. Saatnya kini kau menjadi penguasa seperti petinggi Negeri Kecoa-mu ini.
Tuhan Wanita : Jangan percaya omongannya, pemuda!
Pemuda 1 : Diam! Siapa kalian sebenarnya?
Secara bersamaan:
Tuhan wanita : Aku datang untuk mewujudkan impianmu.
Tuhan kekuasaan : Aku datang untuk mewujudkan impianmu.
Pemuda 1 : Aaaaaaaaaaah! Mengapa jadi seperti ini?
Kembali sebuah ilusi datang kepadanya:
Tuhan uang : Kembalilah ke jalan yang benar. Ini adalah jalanmu anak muda. Aku adalah tuhan yang akan menujukkanmu sebuah kehagiaan yang sempurna.
Pemuda 1 : Kamu?
Tuhan uang : Ya, aku selalu dipuja-puja oleh orang. Dengan tunduk kepadaku, maka, wanita dan kekuasaan akan kau peroleh dengan mudah.
Pemuda 1 : Benarkah demikian?
Tuhan uang : Ya, kau bisa memiliki gedung bertingkat, mobil mewah. Kau bisa memilih makanan sesukamu tanpa takut kekurangan untuk membayarnya. Dengan tunduk kepadaku, kau akan menjadi pemilik sah dunia ini.
Pemuda 1 : Aha! Itu adalah impianku sejak lama. Aku bosan hidup miskin. Makan dengan ikan asin. Minum air mentah. Tuhan tidak adil. Dia tidak pernah memberiku kebahagiaan sedikitpun. Baiklah, aku akan mengabdikan diri kepadamu.
Tuhan uang : Hahaha! Sebentar lagi kau akan menjadi orang yang diperhitungkan di Negeri Kecoa ini.
Pemuda itu jingkrak-jingkrak kegirangan sambil berkata:
Pemuda 1 : Sebentar lagi aku kaya! Aku akan membeli rumah bertingkat. Yang halamannya luas, yang ada garasi mobilnya. Hehehe! Aku kaya! Kaya, kaya!
Kyai : Muridku. Tidakkah kau tahu apa yang sedang melandamu saat ini?
Pemuda 1 : Guru?
Kyai : Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu, kalau kau masih berada dalam kesesatan.
Pemuda 1 : Tidak guru, ini bukan kesesatan. Ini adalah kenyataan yang indah guru. Lihat, uangku banyak. Aku akan membelikannya rumah, mobil, dan segala yang aku inginkan ingin segera aku wujudkan. Ikutlah denganku guru. Kita akan hidup bahagia di negeri ini.
Kyai : Sadarkah kau dengan ucapanmu? Semua yang kau ucapkan tak lebih akan membawamu pada kesyirikan.
Pemuda 1 : Persetan dengan semuanya. Aku tak peduli. Ajaran agama selalu membuatku miskin. Tuhan tak pernah memberiku kaya. Biarlah aku mengabdi kepada selain dia. Aku akan menikmati kehidupanku dengan bahagia. Hahaha! Tak ada yang bisa menghalangiku.
Kyai : Bahagia? Kebahagiaan semukah yang kau maksud? Dunia ini hanyalah tempat permainan saja. Kebahagian yang akan kau dapatkan di dunia tak seindah kelak ketika kau menikmati kebahagiaan lain atas Ridho-Nya.
Pemuda 1 : Tidak! Inilah kebahagiaanku. Kebahagiaan ini akan abadi. Aku akan hidup bahagia selamanya. Ya! Selamanya!
Tiba-tiba datang seseorang dengan membawa pedang di tangan
Pembunuh : Hai anak muda, tahukah kau apa yang ada di genggaman tanganku?
Pemuda 1 : Apa yang akan kau lakukan?
Pembunuh : Aku akan buktikan kepadamu, bahwa tuhan wanita, tuhan kekuasaan, tuhan uang yang kau sembah tidaklah abadi.
Pembunuh itu menghunuskan pedangnya kepada para tuhan yang telah mengganggu anak muda itu. Ketiga tuhan itupun mati.
Pemuda 1 : Tidak! Ke manakah semua tuhan-tuhanku. Kau telah membuat mereka binasa.
Kyai : Muridku, saatnya kau kembali kepada Allah, Tuhan yang telah memaberimu hidup, dan kelak, bila Dia berkehendak, akan mencabut ajalmu. Dia Tuhan yang Mahaesa, Tuhan tempat bergantung segala sesuatu, Tuhan yang tak pernah melahirkan dan dilahirkan, dan tak ada sesuatupun yang mampu menyerupai-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar